REINTERPRETASI TRADISI MERARIQ (KAWIN LARI) SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK ADAT (STUDI PEMIKIRAN TOKOH AGAMA DAN TOKOH ADAT DI NTB)
DOI:
https://doi.org/10.20414/ijhi.v16i2.15Keywords:
Kata kunci : merarik, konflik, interpretasi, tokoh adat, tokoh agamaAbstract
Abstrak
Tulisan ini hendak megungkap tentang berbagai konflik yang lahir dari proses tradisi merariq di Lombok Nusa Tenggara Barat. Dimulai dari menjabarkan proses atau tahapan tradisi merariq, dan menariknya atau mengkaitkannya dengan sistem sosial masyarakat Sasak dan kemudian melihat beberapa konflik yang lahir dari tradisi tersebut. dalam proses penyusunannya tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara dengan tokoh adat dan tokoh agama (Islam) di Lombok serta mengumpulkan data lain dengan observasi. Pandangan tokoh agama dan tokoh adat terhadap konflik yang lahir tersebutlah yang akan menjadi kacamata untuk melihat peluang reinterpretasi terhadap tradisi menariq ini. Interpretasi tersebut kemudian dikaji menggunakan kerangka maqasid asy syariah dan resolusi konflik sebagai sebuah tawaran akademik.
Abstract
This paper explores various conflicts arising from the traditional marital elopement (merariq) in Lombok, West Nusa Tenggara. This qualitative research collects the data through observation and interviews with community and religious leaders. The discussion starts with the explanation of the procedure of traditional marital elopement and then looks at its social system that causes conflict in it. The community and religious leaders’ views are thus used as an analytical tool to perceive such conflicts. Their reinterpretation of merariq is important to present because they are leaders in their respective community. The theory of maqashid al-syariah is finally used to examine such reinterpretation to find and offer a new academic solution to the conflicts